Saturday, 4 January 2014

[2014 TBRR Reading Challenge] The Lovely Bones


Finally..!!! ^0^

My first book of this year... Tantangan pertama telah terlalui... *throwing confetti* *dancing in circles*


Yap! Baru saja aku menyelesaikan membaca satu buku dari daftar tumpukan buku yang merupakan reading challenge-ku... Aku sudah pernah membaca buku ini sebelumnya, namun entah mengapa terasa berat dan akhirnya terbengkalai begitu saja, menumpuk, berdebu di sudut kamar kos-ku *yeah, I’m exagerrating.. I know :p*


Tapiii.... karena ini buku sudah masuk dalam TBRR Reading Challenge... Maka mau-ga-mau, harus dituntaskan. Dan akhirnya... Berhasil!!! ^__^

Belum ada 5 menit berlalu semenjak aku menyelesaikan novel ini, semoga masih fresh bikin reviewnya...


Judul : The Lovely Bones (Tulang-tulang yang cantik)
Pengarang : Alice Sebold ©2002
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010
(cetakan kelima)
Genre : Novel Dewasa

The Story


Synopsis...

"Namaku Salmon, seperti nama ikan, dan nama depanku Susie. Umurku empat belas saat aku dibunuh pada tanggal 6 Desember 1973.


Pertama kali kita bertemu Susie Salmon, dia sudah berada di alam baka. Minggu-minggu pertama setelah kematiannya, Susie mengamati kehidupan di Bumi terus berlanjut tanpa dirinya – teman-teman sekolahnya bergosip tentang dirinya yang hilang, keluarganya tak henti berharap dia akan ditemukan, pembunuhnya berusaha menutupi jejaknya. Ketika bulan demi bulan berlalu tanpa petunjuk, Susie melihat pernikahan orangtuanya dikoyak oleh rasa duka akibat kehilangan dirinya, adik perempuannya menguatkan perasaan agar bisa tetap tegar, dan adik lelakinya masih berusaha memahami arti kata “meninggal”.

Ketika Susie melihat alam baka, tempat ini bagaikan tempat impiannya. Segala yang diinginkannya bisa langsung diperolehnya – kecuali hal paling diinginkannya: kembali ke Bumi, pulang ke pelukan orang-orang yang dicintainya.

Seiring berjalannya waktu, Susie melihat dengan kerinduan dan pemahaman yang makin bertambah bagaimana orang-orang yang dikasihinya melanjutkan hidup dengan mengarungi duka yang makin lama makin terobati."

Sejatinya, novel ini tidak mengupas secara mendalam tentang kasus pembunuhan Susie Salmon, namun lebih kepada unsur psikologis dari orang-orang yang terkena imbas dari kematian Susie Salmon – keluarganya, teman-temannya, keluarga teman-temannya. Bagaimana keluarga Susie manghadapi kenyataan bahwa Susie hilang, dinyatakan mati dibunuh tanpa adanya jasad yang ditemukan. Bagaimana teman-teman Susie merasakan kematian Susie begitu dekat dan mempengaruhi jalan hidup mereka untuk selamanya. Bagaimana keluarga teman-teman Susie juga mendapatkan dampak dari kematian Susie, walau tidak pernah bertemu langsung dengan dia.

Novel ini mengisahkan perjalanan psikologis seseorang yang merasa kehilangan orang yang dicintainya dengan cara yang tak normal, bagaimana mereka menjalani masa-masa sulit, menghadapinya – ada yang perlu melarikan diri terlebih dahulu dari kenyataan – kemudian move on dan akhirnya menjalani kehidupan ‘normal’ yang bahagia pada akhirnya.

Novel ini juga mengisahkan suatu ikatan, yang saling menghubungkan setiap tokoh pada cerita ini. Semuanya saling terkait satu-sama lain, bagaikan dihubungkan oleh jaring laba-laba tak kasat mata – tak tampak dengan jelas, namun ikatannya sangat kuat.

Ikatan inilah, serta emosi yang bertumbuh dan meliputinya, yang menjadi daya tarik dari novel ini... lovely bones yang saling terhubung satu-sama lain, dan pada akhirnya memberikan suatu bentuk, hasil akhir yang indah... ^_^

Personal Note...
Overall, novel ini bagus untuk dibaca... Berat, tapi sangat menarik. Seperti yang tadi sudah aku ceritakan, bahwa awalnya aku udah baca namun karena rasanya topiknya berat, berhenti di awal deh.

Namun, ketika aku memutuskan untuk membacanya lagi dari awal, aku jadi ga bisa berhenti baca. Praktis buku ini aku bawa kemana saja. Semakin lama, semakin buat aku penasaran, bagaimana akhir dari novel ini. Penulis dengan apik menceritakan detail emosi yang dirasakan, sehingga sedikit-banyak mempengaruhiku, dan bikin lumayan depresi saat membacanya.


Memang, novel ini agak ‘beda’. Maksudnya adalah, tidak ada awal yang benar-benar awal, dan akhir yang benar-benar akhir. Alur novel ini lambat, dan sebenarnya tidak ada klimaks, namun kejadian-kejadian’nyaris’ yang membuat aku geregetan bacanya.
Sebenarnya, aku sedikit berharap ada kemajuan dalam pengusutan kasus pembunuhan ini... setidaknya orang jahat pantas dipenjaran, atau dibunuh sama keluarga. Kenyataan ini dibuktikan, dan diketahui oleh orang banyak. Namun, mungkin bukan itu maksud dari penulisnya. Yang diinginkan oleh sang penulis adalah kita harus belajar ikhlas, let it go and move on, dan menyimpan memori atau kenangan yang indah bersama. Yah, hal ini sedikit membuat frustasi karena hingga halaman-halaman akhir novel ini, tidak diceritakan lagi tentang si pembunuh. Dan ketika akhirnya si pembunuh muncul, akhirnya cuma itu... that’s it..??! Dalam benakku aku berteriak frustasi, kurang agak bisa menerima bahwa si pembunuh yang setengah mati menyebalkan itu berakhir cuman dengan cara itu. Kurang layak menurutku :p.

Banyak hal yang bisa diambil hikmah dari novel ini, cuman satu yang aku anggap kurang. Cerita ini ditulis dari sudut pandang Susie Salmon, jadi sedikit imajinatif dan tidak nalar. Makanya ketika ada suatu momen dimana Susie jatuh ke Bumi dan merasuki tubuh Ruth, teman SMPnya, hanya untuk have sex dengan Ray, cowok yang ditaksirnya semasa dia masih hidup – Absurd! Terlepas dari itu memang keinginanya Susie sehingga Susie bisa melepaskan segalanya dan akhirnya pergi dari alam baka menuju surga, masih tidak masuk akal bagiku bahwa dari semua alasan untuk Susie jatuh ke Bumi adalah ‘itu’. Rasanya tidak pas sekali dengan keseluruhan emosi yang sudah dibangun hingga nyaris akhir cerita.

Cerita ini juga telah dibuat film layar lebarnya tahun 2009, disutradarai oleh Peter Jackson, jadi menurutku juga layak untuk ditonton. Trailernya bisa dilihat di webnya disini.

"My name is Salmon, like the fish; first name Susie. I was 14 years old when I was murdered on December 6, 1973. I was here for a moment and then I was gone. I wish you all a long and happy life."

Friday, 3 January 2014

Breaking Dusk...


First post in 2014..!!! ^0^


Hmm... mengawali tahun ini, pengen posting tentang fotografi... ^_^

Meniru judul film yang sukses banget Twilight : Breaking Dawn... Edisi ini mengambil judul "Breaking Dusk" karena menampilkan foto tentang senja yang aku ambil kemarin dari teras kamar kos.. Hehehe...


Masih menggunakan kamera Fuji EXR 600... *karena yang keambil kamera ini :p * , aku mengambil beberapa shot dengan memakai modus EXR... Senjanya kebetulan baguuuuus banget, tapi tetep aja, menyaksikan langsung lebih mantap daripada lewat foto... Walopun udah pake modus EXR, warna yang tertangkap kurang seindah warna aslinya... Well, tetep keren kok.. Hahahahaha *memuji diri sendiri :p*

Here's the pic spam.... ^__^








3 foto terakhir sengaja fotonya sama, karena pengen ngebandingin modus EXR nya.. :3

Beautiful sunset...