Sunday, 24 June 2012

[bookaholic] Robohnya Surau Kami


Ola! ^_^

Mumpung masih semangat, lanjut teruuussss.... ^^

Sebelumnya, aku membahas tentang The Coffee Shop Chronicle, sekarang aku pengen mengulas tentang novel yang lama tapi edisi baru. Nah lho?! Judul novel ini pastilah sangat tekenal di kalangan pelajar, tokoh maupun ceritanya juga seringkali masuk dalam ujian Bahasa Indonesia SMP atau SMA. Aku lupa-lupa ingat pernah membacanya sewaktu SMP atau SMA, tapi waktu itu, pesan moralnya belum merasuk ke sanubari... wkwkwkwkwk ^_^

Novel ini sebenarnya kubeli sebelum The Coffee Shop Chronicle, tapi baru kubaca setelahnya... Robohnya Surau Kami, itulah judul novelnya. Pasti pernah dengan,kan?  Novel karangan A.A. Navis ini lumayan terkenal, setidaknya sering nongol  di soal ujian bahasa Indonesia..

*foto menyusul*


Judul : Robohnya Surau Kami
Penulis : A. A. Navis
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Genre : Kumpulan cerpen


The Story
Buku ini berisi beberapa cerpen hasil tulisan A. A. Navis. Kebanyakan dari semua cerpen dalam buku in berlatar belakang jaman perang kemerdekaan, terkadang masih dijumpai penjajah Jepang. Semua cerita mengambil tempat di Sumatera Barat, adat Minangkabau sangat kental dalam setiap bahasa dan cerita. 

Diawali dengan cerita si Kakek penjaga surau, hingga orang gila yang membantu evakuasi korban kecelakaan kereta api, cerita tentang topi helm, ada banyak cerita yang sarat akan moral, dan dapat diaplikasi di dunia kerja hingga dunia rumah tangga.

Personal Note
Aku kagum akan setiap cerita yang ada dalam buku ini, dan akhirnya aku sadari mengapa buku ini sangat terkenal dan masuk dalam pengajaran Bahasa Indonesia. Semua cerita dalam buku ini mengandung pesan moral yang sangat dalam. Namun sayangnya karena yang seharusnya membaca buku ini adalah anak SMP dan SMA, pesan moral yang terkandung dalam setiap cerita kurang mengena pada anak-anak tersebut... *sama aja kaya jaman aku SMP dan SMA dulu* Pelajar seringkali hanya menghafalkan nama tokoh dan salah satu ceritanya, tanpa benar-benar mengerti maksud dari ceritanya. Setelah aku membacanya, di kondisi ku sekarang, aku benar-benar “nyesek” bacanya. Seringkali aku merasa tertampar, karena walopun jaman sudah banyak berubah dari jaman cerita itu, tapi kemanusiaan ga pernah berubah. Yah, berubah juga dink, karena kemanusiaan di jama sekarang sudah teramat sangat langka... ~_~

Must Read Book! Definitely..! ^_^

Saat aku melihat toko buku, rasa-rasanya banyak buku-buku karya sastra penulis jaman dahulu yang dicetak ulang, seperti “Catatan Pinggir”, Buku-buku Pramoedya Ananta Toer, yang sudah banyak diterjemahkan ke bahasa asing, tapi sampai sekarang aku belum sempat membacanya. Memalukan sebenarnya, karena orang luar negeri mungkin memakai buku-buku tersebut jadi bacaan wajib, tapi kita yang satu bangsa dengan Pramoedya, malah mungkin belum baca *termasuk diriku, yang lupa buku ketiga dari tetralogi tsb*

Hmm, mumpung masih dalam euforia baca buku lama, jadi pengen beli “Catatan Pinggir”, buku yang kubaca semasa SMA.. ^__^

No comments:

Post a Comment